“Bangun Nak, sudah subuh. Segera sholat dan siap-siap berangkat sekolah”. Begitulah ayah dan ibu membangunkan saya setiap pagi. Di sebuah rumah mungil sederhana, di kaki gunung Tangkuban Perahu.
Dengan penuh kesabaran beliau tetap saja menyayangiku, padahal ketika itu banyak sekali yang kuperbuat melukai hati beliau dan selalu mengecewakannya !!!!
Ketika saya sudah bekerja, suatu saat saya pulang kampung, mengunjungi ayah bunda. Teringat dengan jelas saat itu ketika beliau aku ajak makan di sebuat restauran. Hal yang tidak pernah dapat kami lakukan sebelumnya, karena segala keterbatasan beliau. “Ayah, ibu, ayo pesen yang lain, yang banyak, yang enak, yang belum pernah dicoba, yang tidak ada di rumah”, begitulah kata saya. Saya hanya ingin membuat beliau bahagia, menyenangkan beliau berdua.
Ibu merasa kamu dan adik-adikmu nanti suatu saat tidak memerlukan ibu lagi. Kalian bisa membeli makanan enak dan dilayani. Kalian bisa menghidupi diri kalian sendiri. Kalian menjadi dewasa, kalian menjadi ayah dan ibu untuk cucu-cucu Ibu nanti. Semua bisa kalian lakukan sendiri. Kalian tidak perlu Ibu untuk memasak dan menyiapkan makan buat kalian.”
Ya Alloh, saya benar benar tidak menyangka sama sekali jika saat ibu repot, bersusah payah menyiapkan segala sesuatu untuk putra-putrinya merupakan hal yang sangat istimewa dan membahagiakan ibu.
Kini ayah-ibu telah tiada. Saya selalu bertanya kepada diri sendiri setiap saat, setiap waktu: “Apa yang telah saya persembahkan untuk ayah ibu “pada usia saya sekarang ini hingga beliau dipanggil Yang Maha Mempunyai Hidup? Persembahan apa yang telah aku berikan ketika beliau kini sudah tiada?
Pernah suatu sore, saat hujan deras kami berbincang di ruang tamu. Saya ingin menanyakan sesuatu tapi tidak cukup punya keberanian untuk mengatakannya. lalu tiba-tiba ayah ibu berujar, seolah bisa membaca isi hatiku.
“Kami sudah merasa bahagia nak, saat kalian lahir sebagai bayi yang lucu, kalian tumbuh menjadi besar, kalian menjadi juara di sekolah. kalian kini sudah besar, bekerja sendiri. Itu di antara hal-hal yang membahagian kami. Setiap kami melihat kalian bahagia kami juga merasa bahagia”.
Ya, setelah saya mempunyai seorang puta putri, saya mulai merasakan kebahagiaan yang ayah-ibu rasakan. memang sungguh bahagia. Bukan hanya demi menyenangkan putra-putrinya.
Ya Robbana, berilah tempat yang terindah untuk ayah bunda di sisi-Mu. Titip rindu untuk beliau, Titip Ayah dan BundaKU.
Dengan merendahkan diri dan penuh sayang kepada beliau berdua, terimalah doa Saya:
Salam Kerinduan dari anakmu untuk ayah & bunda di sana
No comments:
Post a Comment