Wednesday, April 7, 2010
Hikmah dari Kehilangan Motor Kesayangan
Motor Yamaha Mio, bagi orang seperti saya adalah barang sangat mahal dan berharga. Kalau bisa dimiliki senangnya luar biasa. Sebaliknya, kalau hilang sedihnya juga tak kalah luar biasa.. Kisahnya, waktu itu saya sedang belibur. Hari itu sebenarnya hari jumat, kebetulan hari jumat itu adalah hari libur nasional makanya saya tidak masuk kantor.
Seharian Saya habiskan untuk mengisi liburan dengan istri dan ketiga anakku, muadz, hafsah dan Hanna, kami keliling kota bandung dengan mengendarai Motor Yamaha Mio kesayangan yang Bertepatan dengan bulan ini, masa cicilan kreditnya sudah selesai
Kami pergi mengunjungi Pameran Komputer di Jalan braga Bandung, setelah itu kamipun pergi mengunjungi Gramedia sekalian liat liat buku baru, Hari menjelang siang Kamipun melaksanakan Sholat Jum’at di Mesjid Agung Bandung, setelah itu karena permintaan si bungsu Kamipun mengunjungi tempat permainan anak anak tepatnya di pusat perbelanjaan Kings shoping centre, Betapa bahagianya saya melihat ketiga anakku sangat senang dan ceria
Menjelang Sore hari Kamipun Pulang Kerumah dengan perasaan Gembira, Motor Yamaha mio yang baru lunas seperti biasa saya simpan di depan rumah
Tak terasa terdengar kumandang Adzan Magrib. Sayapun bergegas ke Musholla yang letaknya tidak jauh dari rumah
Selepas Sholat Maghrib dari Mushola Hujan turun dengan deras, karena takut motor kehujanan saya pindahkan Motor ke samping rumah.Saking asiknya saya Bercanda dengan ketiga anak saya, tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 9 malam, sayapun segera menidurkan ketiga anak saya
Saya teringat bahwa motor belum saya masukan ke dalam rumah, Saya bergegas untuk memasukan motor. Ketika menuju samping rumah, tiba-tiba saya melihat motor saya raib. Saya tak yakin bercampur syock. Ah, nggak mungkin, saya membatin. Saya berlari ke teras rumah. Berharap motor saya di teras rumah , jantung jadi berdebar-debar kencang. Kencang debarannya mirip dengan ketika pertama kali saya menemui istri di malam pertama, cuma rasanya di kepala sangat jauh berbeda.
Masih tak percaya, saya berlari ke teras depan guna mencocokkan antara kunci dan motor. Tak ada yang bisa diharapkan, situasi tak berubah, kuncinya ada, motornya tidak ada. Aduhai, kesalahan bukan pada mata saya, 100% motor benar-benar hilang.
Padahal motor itu baru saja lunas setelah selama 3 tahun kami mencicilnya dengan penuh perjuangan
Di depan rumah saya menyempatkan sujud sambil menitikkan air mata. Bukan nangis kecewa saya rasa. Karena emosinya begitu kuat, ”Ya Alloh, jika tidak adanya rasa berat dan kecewa di hati saya pada takdir-Mu ini karena perasaan motor itu sekedar titipan dariMU, maka sentuhlah hati ini agar saya merasa bahwa motor itu adalah amanah orang yang harus saya jaga sehingga saya merasakan berat ketika motor itu hilang. Tapi bila ketenangan dan tak adanya kecewa di hati saya pada takdir-Mu ini karena Rahmat-Mu yang Engkau celupkan dihati saya..karena Engkau telah mengkaruniakan keikhlasan di hati hamba..maka Ya Alloh…aku bersyukur dan karenanya jangan Engkau rubah takdir-Mu…terhadap kejadian ini dan terhadap keadaan hati saya ini..”
Kucoba bertahan dan tegar menghadapi semua ini, bercerita dengan istri tercinta. Alhamdulilah, sang istri dapat memahami kondisi ini dan berusaha meyakinkan aku bahwa pasti ada hikmah dibalik semua ini.
Namun, sepertinya rasa haru dan tangis tak kuasa lagi kutahan, ketika anakku yang bungsu Hanna, menghambur dan mendekat ke arahku ketika dia bangun tidur pagi hari, dan berkata, “ Motor Hanna mana, Bi…??? “ dengan polos ia berujar. Seketika air mataku tumpah tak tertahankan. “ Nak, maafkan Abi yah. Doakan semoga motornya cepat kembali dan bisa ajak hanna dan kakak kakakmu jalan-jalan lagi keliling pake motor, “ ucapku lirih di telinganya dengan air mata yang semakin menderas…
Karena kejadian itu saya lebih bisa menyelami hati mencari-cari hikmah yang bisa disyukuri. Inilah sebagiannya, ketika kabar motor hilang itu tasbih dan istighfar saya ternyata kemudian mampu menggetarkan hati, tak seperti biasa-biasanya. Malam itu kemudian saya bersama istri bisa bertahajjud dengan khusyuk. Muhasabah yang selama ini terlupakan, akhirnya muncul kembali. Ingat sama dosa, merasa ditegur sehingga keburukan tidak makin terlanjur, merasa diuji sehingga berharap dipanggil menuju derajat yang lebih tinggi. Alhamdulillah hati jadi lebih tentram.
Dengan penuh kerendahan diri dan niat tulus untuk berbagi hikmah kepada sahabat sekalian, saya berlindung kepada Alloh dari sikap pamer amal. Saya sekedar menjalankan kapasitas saya sebagai hamba yang sepatutnya menghitung-hitung nikmat Alloh semampu yang saya tangkap, kemudian mau bersyukur. Dan disini saya semata-mata mengharap pahala dari Alloh dari apa yang saya bagikan.
Dari kisah ini mudah-mudahan kita bisa mengambil hikmah. Yang pasti, bagi saya sejak kehilangan motor ini, membuat saya makin yakin bahwa ”hati” adalah segala-galanya. Bila Alloh membuatnya baik, maka itulah sebesar-besarnya nikmat kita di dunia. Tapi bila Alloh membiarkannya sakit, maka pasti berantakan hidup kita di dunia ini. Harta segala keindahan dunia sudah diberikan kepada kita, yang ada hanya ratapan, kesedihan, kebencian dan keputusasaan.
SahabatKU, sangat wajar bila kita bersedih atas hilangnya dunia dari tangan kita. Tapi menjadi tak wajar bila kita sampai kecewa berlebihan seolah-olah dunia itu milik kita. Dunia belum tentu kembali, tapi catatan dosa pasti tertambahi.
Untuk ujian yang datang, kita harus bersabar. Untuk hati yang bisa tenang, kita harus bersyukur. Jadikan satu paket ketika kita menghadapi sebuah ujian, InsyaAlloh, kitaakan menjadi pribadi luarbiasa!!. Wallohu ‘Alam Bisshowab..
Subscribe to:
Posts (Atom)